Minggu, 30 Juni 2013

Gangguan Makan Ancam Remaja Putri

Hati-hati bila teman Anda sering kabur ke toilet usai makan.
TERKAIT: Geri Halliwell, Juara Bulimia
Cintanyarizky.blogspot.com – Menjadi langsing adalah dambaan kebanyakan kaum hawa. Tak ayal, sebagian dari mereka menjadi kebingungan bila lengan, perut, atau paha sudah tampak gelambir lemak. Apalagi, kegemukan juga identik dengan masalah kesehatan. Sebaliknya, orang langsing dinilai lebih cantik, menarik dilihat, bahkan juga dianggap lebih sehat. Alhasil, banyak orang yang menjadwalkan diet dalam kesehariannya demi memiliki bentuk tubuh langsing. Ada orang yang mau menjalankan diet dengan perlahan, ada juga orang yang ingin kurus dengan cara instan.
Cuma, tak sedikit orang yang salah kaprah tentang diet. Mereka menganggap makan adalah biang kerok kegemukan. Untuk mengurangi berat badan, mereka lantas mengurangi asupan makanan secara drastis. Untuk mengurangi berat badan, mereka mengurangi asupan makanan dengan drastis. Padahal, sebenarnya diet adalah mengelola asupan kalori yang kita konsumsi.
Cara mengurangi asupan makanan yang sekarang ini banyak menggejala adalah dengan puasa berlebihan atau dengan memuntahkan makanan yang sudah dimakan. Jika di sekitar Anda ada yang melakukan ini dalam pola makannya, "Bisa dicurigai mereka mengalami gangguan pola makan atau eating disorder," ujar guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono.
Maklum, kian lama penderita gangguan pola makan seperti ini kian banyak. Menurut hasil penelitian Institut Robert Koch pada tahun 2008, setiap lima dari warga negara di Eropa yang berusia antara 11 sampai dengan 17 tahun memperlihatkan gejala-gejala terjadi gangguan pola makan mereka.
Mengincar remaja putri
Sependapat, Sarlito bilang, remaja putri memang lebih rentan mengalami eating disorder jika dibandingkan dengan wanita usia dewasa atau bahkan dengan pria. "Karena di kalangan mereka, imaji perempuan cantik itu harus langsing," kata Sarlito.
Ada dua jenis gangguan pola makan yang cukup terkenal, yaitu anoreksia nervosa dan bulimia. Anoreksia adalah menahan makanan masuk ke dalam tubuh karena takut kenyang lalu gemuk. Penderita anoreksia biasanya tidak mau makan, meskipun lapar dan nafsu makannya tidak terganggu. Jika makan, mereka biasanya mengasup sedikit saja.
Bulimia memiliki ciri berbeda. Penderita bulimia biasanya memuntahkan kembali makanan yang telah ditelannya dengan cara mengorek kerongkongan dan merangsang-mual. Mereka juga kerap menggunakan obat pencahar untuk mengeluarkan makanan dari tubuh sesegera mungkin.
Berat badan penderita eating disorder biasanya sangat ringan, bahkan sampai di bawah normal. Selain kurus, penderita eating disorder juga terlihat memiliki rambut dan kuku tipis, serta kulit yang kering.
Sarlito menilai, biasanya orang menderita anoreksia dan bulimia lebih disebabkan oleh faktor psikologis. Mereka tidak percaya diri dengan keadaan tubuhnya. Celakanya, mereka kerap menyangkal sedang terkena gangguan.
"Tapi, mereka akan terus menolak makanan meskipun tubuh mereka telah menjadi sangat kurus," ujar dia. Untuk menghentikannya, penderita harus dibawa ke psikiater dan dikombinasikan dengan penanganan medis. Dorongan dari keluarga dan teman juga dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri lagi.
Namun, Suhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumahsakit Dharmais, Jakarta Timur, menambahkan bahwa berat badan yang menurun secara drastis bisa juga karena kelainan fungsi organ tubuh atau adanya infeksi dalam tubuh.
"Ini juga bisa menyebabkan anoreksia," ujar dia. Untuk itu, "Mereka harus segera dibawa ke rumahsakit agar diketahui penyebabnya.
Jarang mau berobat, pilih bunuh diri
Selama paradigma cantik identik dengan langsing tak memudar, maka penderita anoreksia dan bulimia juga akan terus bertambah. Begitu salah satu kesimpulan penelitian Royal College of Psychiatrists di Inggris.
Sepanjang tahun 2009 lalu, penelitian tersebut menyebutkan kalau perempuan lebih sering terkena gangguan pola makan dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian disebutkan: tubuh dari 1.000 wanita menderita gangguan pola makan.
Sedangkan pada pria hanya satu dari 1.000 pria menderita gangguan ini. Ini juga diperkuat hitung-hitungan Eating Disorder Association, yaitu; sebanyak 1,15 juta penduduk Inggris menderita gangguan pola makan sepanjang 2009.
Sayangnya, hanya sekitar 60.000 sampai 90.000 saja yang menjalani pemulihan dan pengobatan. Bahkan, dalam sebuah penelitian pasien penyimpanan cara makan di Amerika Serikat, sebesar 15% penderita anoreksia meninggal karena bunuh diri, infeksi, masalah pencernaan, dan malnutrisi alias kekurangan nutrisi.
(Sanny Cicilia Simbolon)
Artikel ini dikutip dari:
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/09/12465675/Gangguan.Makan.Ancam.Remaja.Putri
Pendapat terkait artikel diatas:
Eating disorder atau gangguan pola makan menurut saya cenderung disebabkan karena remaja memiliki anggapan dalam imajinasi mereka yang tidak menerima diri mereka yang sesungguhnya. Dimana konsep diri pada remaja masih sangat lemah, kebanyakan ini terjadi pada remaja putri dikarenakan remaja putri menilai cantik itu adalah langsing. Sehingga gangguan pola makan atau eating disorder cenderung gampang terjdi pada remaja. Mungkin karena adanya diet yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan, infeksi lambung , masalah pencernaan, dan malnutrisi alias kekurangan nutrisi.

Kesehatan Reproduksi
Saatnya Memberi Hak Remaja

Surya/Sugiharto (GIE)
Pacaran di usia remaja mengarah pada kekerasan seksual.
Cintanyarizky.blogspot.com – Aira (17) awalnya enggan diajak bicara tentang kesehatan reproduksi. Dia ogah-ogahan saat ditanya dari mana mendapat informasi dan apakah informasi yang dia dapat memadai.
Suasana berubah ketika temannya, Kania (18), mau berbagi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang dia dapat. ”Kalau dari sekolah minim sekali informasi yang dikasih. Dibicarakan waktu pelajaran Biologi, tetapi sekadarnya, yakni saat membahas materi tentang fertilitas dan penyakit menular, jadi tidak khusus,” kata siswi SMA negeri papan atas di Jakarta Selatan itu.
Sebaliknya dengan Aira, siswi SMA swasta Islam di Jakarta Selatan. Selain melalui pelajaran Biologi, sekolahnya juga memberi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dalam diskusi dengan mendatangkan dokter kebidanan. ”Lumayan nambah pengetahuan,” kata Aira.
Adapun Ary (19) dan Nia (19), keduanya mahasiswi di Jakarta, mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi dari orangtua mereka. ”Pertama kali tahu tentang menstruasi karena lihat nyokap (ibu) sering kesakitan saat haid. Terus dijelasin sama bokap (ayah), dia dokter kandungan,” kata Ary tentang pengalamannya saat usia enam tahun. Sekolah, menurut Nia, tidak memberi pengetahuan memadai sehingga tidak menjawab keingintahuan.
Keempatnya beruntung karena di keluarga mereka kesehatan reproduksi dibicarakan cukup terbuka. Sementara itu, jutaan remaja lain boleh jadi tak seberuntung mereka. Membicarakan kesehatan reproduksi dan seksualitas di masyarakat masih dianggap tabu karena anggapan relasi tersebut hanya boleh diketahui suami-istri.
Tidak heran bila remaja tak mengenali tubuh mereka dengan baik. Mitos seputar kesehatan reproduksi pun bertebaran, tak jarang menyesatkan hingga dewasa. Tak tersedianya informasi akurat membuat mereka sembrono dengan akibat tak diingini, dari infeksi menular seksual hingga kehamilan yang tak dikehendaki.
”Masih ada orangtua mengibaratkan lahirnya bayi seperti beli dari toko dan menggunakan kata perumpamaan untuk organ genital,” kata Sri Kusyuniati, Kepala Perwakilan Indonesia World Population Fund (WPF) Indonesia. WPF menyurvei perilaku seksual remaja di kota-kota Sumatera, Jawa, hingga Papua, dan kini menyusun modul pendidikan dan informasi kesehatan reproduksi bagi anak hingga remaja.

Mitos dan tabu
Di negara-negara yang masyarakatnya mengukuhi tabu seputar seksualitas dan menekankan relasi seksual hanya untuk pasangan sah biasanya informasi kesehatan reproduksi remaja juga minim. Keadaan tersebut mengandaikan remaja dapat mengatasi sendiri persoalan tubuhnya justru ketika mereka sebetulnya butuh panduan informasi yang benar saat fisik berubah dari anak-anak menjadi dewasa. ”Orangtua dan guru sering menganggap anaknya baik- baik saja,” kata Kusyuniati.
Dalam kasus yang ditemui Kompas, remaja dapat berhubungan seks tanpa tahu sebelumnya apa artinya. Arni (16, bukan nama sebenarnya) terperangkap hubungan seksual dengan laki-laki paruh baya. Dila (15, bukan nama sebenarnya), sahabat Arni, memperkenalkan siswi kelas I sekolah kejuruan di Jakarta Timur itu kepada laka-laki tadi. Setelah diajak makan di mal serta dibelikan baju, sepatu, dan aksesori, pada pertemuan ketiga laki-laki itu memaksakan hubungan intim.
”Saya tidak punya bayangan seperti apa. Menakutkan,” kata Arni dalam pertemuan dengan Kompas, Februari lalu di kawasan Manggarai, Jakarta. Guru sekolahnya kemudian mengetahui dan melaporkan kepada orangtua Arni. ”Saya tidak menyangka karena setiap hari dia pergi sekolah. Kalau pulang telat, bilangnya main ke rumah teman,” kata ayah Arni, penjual keliling mainan anak di Jakarta Timur.
Arni pindah sekolah dan melanjutkan pendidikan, sementara laki-laki tadi mendekam di tahanan polisi. Dalam pemeriksaan kesehatan kemudian, menurut Ratih Erningtyas, koordinator program afiliasi grup End Child Prostituion and Trafficking (ECPAT) di Indonesia, yang sempat mendampingi Arni, remaja itu terkena infeksi menular seksual meski tak fatal.
Kusyuniati mengaku cukup terkejut melihat rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Dalam survei di Maumere, Papua, ada siswi SMA yang tidak menyadari sedang hamil. ”Remaja butuh informasi yang benar dan terpercaya. Karena tidak mendapat dari guru dan orangtua, mereka mencari melalui film atau internet. Tanpa pendampingan, informasi yang didapat tidak tepat,” tandas Kusyuniati
Dijamin undang-undang
Menurut dr Ramonasari dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), informasi kesehatan reproduksi di sekolah cenderung normatif. ”Yang dikasih tahu hanya perkembangan reproduksi remaja secara umum,” kata Ramona. PKBI bertahun-tahun melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di sekolah-sekolah.
Padahal, remaja punya persoalan, seperti keadaan seksual aktif karena fisiknya berubah menjadi dewasa serta orientasi dan hubungan seksual. Selain jumlah terbatas, layanan dan informasi kesehatan reproduksi remaja juga tak ramah. Di puskesmas, demikian Ramona, layanan kesehatan reproduksi dicampur dengan layanan umum sehingga ruang layanan remaja menjadi sangat sempit.
Kesehatan reproduksi remaja kini masuk di dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Negara wajib menyediakan informasi dan edukasi kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, bagi remaja agar dapat hidup sehat dan bertanggung jawab. Kesehatan reproduksi remaja juga menjadi bagian dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yaitu tujuan 5 tentang penurunan angka kematian ibu melahirkan (berhubungan dengan kehamilan usia remaja) dan tujuan 6 (pengendalian HIV/AIDS).
Menghalangi remaja mendapat informasi dan layanan kesehatan reproduksi meningkatkan risiko kesehatan dan merugikan masyarakat. Informasi dasar kesehatan remaja untuk remaja bukan hanya tentang tubuh, mencegah penularan HIV/AIDS, dan kehamilan, melainkan juga kesetaraan jender dan pemberdayaan.
Ninuk Mardiana Pambudy dan Maria Hartiningsih
Artikel ini dikutip dari:
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/04/23/0707420/Saatnya.Memberi.Hak.Remaja
Pendapat terkait artikel diatas:
Dari artikel diatas remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan temannya dibandingkan dengan keluarganya. Walaupun begitu, banyak nilai dasar yang dianut oleh remaja lebih dekat kearah orangtuanya. Banyak waktu yang dimiliki oleh remaja digunakan untuk ngobrol dan jalan-jalan dengan teman-temannya dan lebih banyak lagi dengan teman lawan jenisnya (pacar). Kemungkinan remaja SMA menghabiskan banyak waktu luangnya dengan teman-teman karena teman-teman yang membuat mereka lebih nyaman dan dapat mengidentifikasikan diri dengan mereka. Minimnya informasi tentang alat reproduksi yang didapat remaja dari orang tua mereka menyebabkan remaja cenderung terjerumus kedalam pergaulan yang bebas.

Wah, Gaya Berpacaran Remaja Kian Bebas

Perhatikan pergaulan putra-putri Anda.
Cintanyarizky.blogspot.com – Gaya berpacaran remaja di wilayah perdesaan kian mengkhawatirkan. Remaja kini tidak lagi sungkan mengajak teman sebayanya untuk berhubungan seks di luar nikah karena termakan propaganda pergaulan bebas di televisi maupun situs internet.
Demikian terungkap dalam sarasehan bertema Pacaran Sehat memperingati Hari Valentine yang di adakan oleh Youth Forum Kulon Progo di Kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Wates, Minggu (14/2/2010). Acara itu diikuti sekitar 50 orang pelajar dari 10 SLTA di Kulon Progo.
Fasilitator Remaja PKBI Budi Prasetyo mengatakan pihaknya pernah mendampingi remaja-remaja di sejumlah desa di Kecamatan Nanggulan, Wates, dan Pengasih, sekitar akhir 2009. Hasil dari pendampingan menunjukkan banyak pasangan remaja terpaksa menikah karena sudah telanjur berhubungan seks dan membuahkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Di Desa Jatirejo, Nanggulan, misalnya, puluhan remaja di bawah usia 20 tahun menikah karena alasan itu. "Setelah kami coba telusuri, ternyata pola pacaran remaja desa saat ini sudah mirip remaja kota yang bebas dan berisiko," ujar Budi.
Budi mengungkapkan, alasan remaja putra untuk berhubungan seks dengan kekasihnya umumnya adalah demi gengsi dan kebanggaan di kalangan rekan-rekan sepergaulannya. Sementara remaja putri tidak kuasa menolak ajakan berhubungan seks karena merasa takut kehilangan pacar dan dikucilkan dari pergaulan.
Ditambahkan Margareta Theodora (16), siswi kelas XI SMKN 1 Pengasih, alasan remaja menjalani pergaulan bebas karena ikut-ikutan tayangan sinetron di televisi dan informasi internet. Ia pun menyayangkan peran orangtua yang seolah tutup mata dan tidak bersedia membuka komunikasi dua arah dengan anak-anaknya.
Orangtua kadang hanya sekadar melarang dan membatasi pola pergaulan anak tanpa alasan yang jelas karena dianggap hal tabu untuk dibicarakan. Padahal, remaja butuh penjelasan atau mereka akan mencari sendiri informasi dari teman-teman dan sumber lain yang belum tentu benar, kata Margareta.
Karena itu, dalam sarasehan tersebut, Youth Forum PKBI Kulon Progo merasa perlu menyosialisasikan ulang pacaran yang sehat kepada remaja. Budi mengatakan, pacaran yang sehat memenuhi tiga kriteria, yakni sehat fisik, mental, dan sosial. Pacaran sehat akan dikampanyekan di sekolah-sekolah melalui berbagai media dan perantara pendamping sebaya.
Selain itu, PKBI juga akan merekomendasikan penambahan materi upaya menghargai diri (self esteem) dalam pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. Materi ini, menurut Budi, dapat menjadi cara yang efektif bagi remaja untuk menghindari perilaku negatif dalam berpacaran.
"Dengan menghargai dirinya sendiri, maka remaja tidak akan mudah terbujuk rayuan atau mengikuti tren pergaulan bebas. Sebab mereka akan menyadari betul konsekuensi yang bakal ditanggung," ujar Budi.
Yoga Putra
Artikel ini dikutip dari:
http://female.kompas.com/read/xml/2010/02/14/15415059/wah.gaya.berpacaran.remaja.kian.bebas.
Pendapat terkait artikel diatas:
Seperti yang diungkapkan oleh Papalia (2004), Remaja adalah transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang diikuti oleh perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Menurut Erikson, tugas utama dari remaja adalah mencari jalan keluar dari krisis identitas. Hal ini ditujukan agar ia bisa mempunyai karakteristik yang unik (menjadi seseorang) atau mempunyai peranan yang berarti dalam masyarakat.
Remaja menunjukkan kebingungan identitasnya dengan meregresi tingkat perkembangan aktualnya menjadi kekanak-kanakan untuk menghindari konflik atau masalah. Identitas remaja terbentuk pada saat ia berhasil memecahkan masalah dalam hidupnya, yaitu pilihan pekerjaan, menentukan nilai mana yang harus diyakini atau ditinggalkan, pemuasan identitas seksual. Jadi peran orangtua sangat penting bagi perkembangan identitas sexsual remaja karena tanpa adanya peran orangtua remaja semakin sulit menemukan jawaban tentang apa yang ingin mereka ketahui, sehingga membuat mereka mencari jawaban itu sendiri diluar lingkungan keluarga yang belum tentu benar sesuai dengan apa yang mereka cari, hal inilah yang menjadi penting untuk diperhatikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar